Untuk menjadi abadi, saya harus berada di luar arus waktu, karena di sini —dalam luasnya alam semesta ini—waktu sama dengan kematian: sel mati, umat manusia mati, planet, bintang, dan galaksi mati... bahkan ruang sidereal itu sendiri mati. Melarikan diri dari waktu, mencapai alam semesta, atau mungkin multiverse, di mana waktu tidak ada, diperlukan dan secara materi tidak mungkin untuk mencapai keabadian. Tempat di mana molekul dan atom bersifat abadi, di mana cahaya dan ruang tidak dapat dihancurkan, di mana manusia ada selamanya, di mana kebahagiaan mutlak bukanlah utopia. Dan apa itu waktu? Kapan waktu dimulai? Apa yang akan terjadi jika waktu "menguap" dalam sekejap? Siapa yang mengira hal seperti ini ada? Saya hanya bisa mengatakan bahwa waktu adalah misteri yang luput dari pemahaman manusia, misteri mematikan, yang perlahan-lahan menua sampai kita terdorong ke jurang kematian. Dan meskipun ada yang sadar bahwa mereka akan mati, tidak ada yang mau mati. Mengapa? Mengapa pikiran menjadi mati menakutkan? Mengapa kematian begitu menyakitkan bagi yang berduka? Suatu hari saya mengambil Alkitab dan menemukan sebuah ayat yang mengatakan, "Tuhan telah menanamkan kekekalan di dalam hati manusia." Mungkin itu jawabannya.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorTidak terlalu suka travel dunia nyata tetapi suka travel online atau surfing di rumah. Mencari wawasan tidak harus keluar rumah kan Archives
September 2021
Categories
All
|